Senin, 11 Agustus 2014

Si Ibu dan Si Bayi

Sekitar hampir 23 tahun yang lalu (hampir), ada seorang Ibu yang dengan susah payah melahirkan anak kelimanya. Susah payah? yaaa! Dimulai dari kehadiran si Jabang Bayi, yang rencana awalnya, karena sudah punya 4 anak, jadinya yaaaaa Si Ibu ini mikirnya udah gak mungkin ada lagi anak, lahhh Nyatanya ALLAH punya jawaban lain, tiba-tiba jadilah perut mblenduk pertanda akan hadir anak ke-5

Pada saat proses kelahirannya pun, tidak ke rumah sakit atau ke dukun bayi -__-, menurut penuturan si Ibu ini, Jabang bayi ini kepalanya sudah keluar saat itu (ngerii amettt), dan si Ibu hanya memanggil si Bapak untuk menolongnya,dari mulai membalikkan kepalanya dan mengeluarkan tubuh si Bayi dari perut si Ibu. Beruntungnya, punya tetangga seorang perawat, jadinya setelah bayi keluar, buru-buru minta tolong, dan si tetangga membantu pemotongan pusar.

Dannn, karena kehidupan si Ibu ini pada saat itu sedang susah-susahnya (sekarang sih lumayan Alhamdulillah), jadi, sehelai kain-pun tidak punya. Waktu itu, si Bayi hanya berselimutkan kain sarung bapaknya. Dan, kalau sudah rejeki, ya tidak kemana. Suami dari si tetangga yang seorang perawat itu adalah pegawai Telkom. You know, jaman segitu, kerja di telkom kan okhee bingitz. Waktu itu si suami tetangga memberi woro-woro teman-temannya dan keesokannya terkumpul satu plastik besar berisi pakaian bekas dari teman-teman si suaminya tetangga.

Lain soal kelahiran, lain pula ketika si bayi sudah menjadi anak-anak manis dan imut. Ketika itu, si bapak sedang dalam perawatan, karena penyakit yang menahun yang di deritanya. Bapak harus menginap di rumah kakak pertama dri si bayi, untuk keperluan terapi dan pengobatan. Kakak kedua sedang merantau di Lombok, kakak ketiga sudah ribut dengan keluarga kecilnya sendiri, kakak ke-4, nahhhh ini lupa -__-.

Jadilah, si Ibu dan si Anak (sebut saja begitu, karena si Bayi sudah menjadi anak-anak), hidup berdua. Si Ibu, demi bertahan hidup dan bisa makan, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Si anak setelah pulag sekolah, di rumah membantu bersih-bersih sambil menunggu kedatangan ibunya.

Hal yang paling tidak bisa di lupakan oleh si Ibu dan di ceritakannya padaku adalah, suatu ketika, di sore hari, ketika si ibu sudah jam pulang (cieeeeee pembantu rumah tangga aja pake jam pulang), ia diantar oleh. . . . ow mai gattt lupa -__-. Sesampainya di ujung gang, si anak terduduk di pinggiran selokan, begitu melihat ibu-nya, dia langsung berdiri dan menyambut ibunya dengan suka cita. Si ibu, langsung menahan perasaannya. Sesampainya di rumah, si ibu hanya bisa menangis mendapati anak yang seharusnya Ia jaga, Ia tinggalkan untuk mencari nafkah. Rasa bersalah semakin menjadi karena dari ke 5 anaknya, hanya anak ke 5-nya ini yang tidak di dmpingi ketika masa kecilnya.

fiuuhhhh mendengar cerita si Ibu ini, yaaa saya sih nahan-nahan air mata.
yang paling penting, si Ibu itu adalah Emak saya, dan YA, saya adalah si Bayi yang merupakan anak ke-5 si Ibu.

akan masih banyak soal Ema yang ingin saya bagi :)

2 komentar: